Ditulis oleh: Ustadz Firanda Andirja, Lc, MA
Keutamaan bagi orang-orang yang berkumpul di masjid dalam rangka membaca dan mempelajari firman-firman Allah ﷻ sebagaimana disebutkan oleh Nabi ﷺ
مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ تَعَالَى يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
Oleh karena itu mempelajari tafsir Alqur'an memiliki keutamaan yang sangat mulia, juga menjadi sarana agar kita bisa memahami Alquran dengan baik dan untuk mengamalkannya. karena Alquran diturunkan untuk diamalkan, dan sarana untuk bisa mengamalkannya dengan baik adalah harus melalui metode tafsiran yang benar pula. Tidak sebagaimana sebagian pemahaman orang yang menganggap bahwa beribadah dengan Alquran hanya sekedar membaca dan bertilawah, hingga konsentrasinya hanya pada kedua hal tersebut. Sebagaimana pula perkatan Al Hasan Al Bashri:
Kebanyakan orang mencukupkan diri dengan hanya membaca Alquran, padahal tidak demikian. Membaca Alquran hanyalah sarana untuk memahami isi Alquran dan kemudian kita mengamalkan isi dari Alquran.
Diantara metode Allah ﷻ dalam memberikan pelajaran kepada hamba-hambaNya adalah dengan metode menceritakan kisah-kisah dari umat terdahulu. Metode seperti ini banyak Allah gunakan dalam Alquran. Maka ketika kita membuka Alquran, seringkali kita dapati Allah menyampaikan kisah umat terdahulu dan kisah para nabi tentang apa yang terjadi diantara mereka dan kaumnya, tentang kesabaran para nabi, dan ujian yang mereka hadapi. Allah menyampaikan kisah-kisah tersebut punya maksud untuk nabi Muhammad ﷺ dan umatnya. Karenya Allah ﷻ berfirman:
Tatkala Nabi ﷺ ditimpa cercaan, hinaan, kesedihan dan kesulitan yang dihadapinya, maka Allah turunkan kisah para nabi bahwa mereka dulu juga mengalami kesulitan. Hal ini untuk menenangkan hati Nabi ﷺ bahwasanya dia tidak sendirian menghadapi kesulitan tersebut. Maka dari itu Allah mengatakan,
Kisah-kisah tersebut juga tidak hanya memberikan pelajaran bagi para nabi, akan tetapi juga bagi umat Muhammad ﷺ. Terlalu banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah-kisah terdahulu. Allah ﷻ berfirman,
Sebagian ulama mengatakan bahwa semakin orang itu imannya bertambah tinggi, kemudian merenungkan tentang hikmah kisah-kisah tersebut, maka akan semakin banyak faidah yang dia dapatkan. Karena Allah kaitkan antara penceritaan kisah dengan tafakkur. Maka dari itu kisah nabi Musa ‘alaihissalam yang akan kita sampaikan bukanlah kisah pengantar tidur melainkan kisah yang ketika dibaca diharapkan kita mendapatkan faidah dan hikmah dibalik kisah yang sangat mulia tentang nabi Musa ‘alaihissalam.
Sesuatu yang istimewa dari kisah nabi Musa ‘alaihissalam adalah kisah tersebut merupakan kisah yang terpanjang dari kisah-kisah nabi yang lain. Dalam Alquran terdapat kisah nabi Hud, Nuh, Luth, bahkan nabi Muhammad ﷺ, akan tetapi tidak ada yang lebih panjang dari kisah nabi Musa ‘alaihissalam. Bahkan surah Al-Qashash kebanyakan menceritakan kisah nabi Musa ‘alaihissalam. Dan kisah tersebut banyak diulang-ulang oleh Allah ﷻdalam banyak surah lain. Ini menujukkan bahwa ada perhatian khusus dari Allah ﷻ tentang kisah yang terjadi antara nabi Musa ‘alaihissalam dan kaumnya dari kalangan Yahudi. Pada setiap kisah yang Allah sebutkan terdapat tambahan faidah meskipun kisah tersebut telah diulang dalam surah lain. Maka tatkala seseorang mengumpulkan dan membaca kisah tersebut, akan didapatkan rangkaian kisah yang indah tentang nabi Musa ‘alaihissalam.
Di antara faidah Allah menceritakan secara detil kisah nabi Musa ‘alaihissalam kepada nabi Muhammad ﷺ yaitu karena salah satu umat yang didakwahi oleh nabi Muhammad ﷺ adalah umat Yahudi. Sebagaimana dalam sejarah bahwa ketika Nabi ﷺ tiba di Madinah, ada tiga suku Yahudi yang terkenal yaitu suku Qainuqa, suku Nadhir, dan suku Quraizhah. Maka ini merupakan mukjizat nabi Muhammad ﷺ karena bisa menceritakan kisah nabi Musa ‘alaihissalam secara detil meski tanpa belajar dari ahli kitab dan menjadi bukti bahwa nabi Muhammad ﷺ adalah seorang nabi.
Faidah yang lain adalah bahwa Allah tidak menceritakan banyak tentang kisah nabi Isa ‘alaihissalam, padahal umat Nasrani juga menjadi kaum yang didakwahi oleh beliau. Karena nabi Isa ‘alaihissalam tidak disukai oleh seluruh umat Yahudi. Mereka (Yahudi) mengatakan bahwa nabi Isa ‘alaihissalam anak zina dan mereka ingin dan mengaku telah membunuh nabi Isa ‘alaihissalam, maka Allah membantah mereka,
Maka yang benar cerita tentang nabi Isa ‘alaihissalam adalah beliau tidak dibunuh dan disalib lalu kemudian beliau diangkat oleh Allah ke langit. Adapun nabi Musa ‘alaihissalam, Yahudi dan Nasrani menyepakati tentang kenabian nabi Musa ‘alaihissalam. Maka dari itu Allah memperpanjang kisah nabi Musa ‘alaihissalam. Dan ketika kita memperhatikan kisah nabi Musa ‘alaihissalam dengan umatnya maka akan kita ketahui bagaimana akhlak kaum Yahudi. Allah memperlihatkan banyak mukjizat kepada mereka, akan tetapi mereka tetap menjadi orang yang keras kepala. Dan betapa banyak akhlak mereka yang tercela, salah satunya adalah suka membunuh nabi. Allah ﷻ berfirman,
“Dan mereka membunuh nabi-nabi tanpa (alasan) yang benar.” (QS. An-Nisa : 155)
Jika ada nabi yang tidak sesuai dengan selera mereka, maka akan dibunuh. Sehingga mereka (Yahudi) berusaha keras untuk membunuh nabi Isa ‘alaihissalam. Bahkan dalam kitab Taurat yang telah dirubah oleh mereka yang dari situ kita ketahui betapa jahatnya kaum Yahudi, mereka menggambarkan sifat-sifat yang buruk terhadap para nabi. Mereka menyebutkan bahwa ada nabi yang berzina dengan anaknya, ada nabi yang tukang mabuk, ada nabi yang senang merebut istri prajuritnya. Bahkan mereka (Yahudi) Allah pun disifati dengan sifat yang jelek dengan mengatakan bahwa Ya’qub Israil berkelahi dengan Allah, lalu Allah kalah. Subhanallah, seakan-akan mereka ingin melegalisasi keburukan mereka. Maka dari itu Allah memperpanjang kisah nabi Musa ‘alaihissalam agar kita menyadari akan bahayanya mereka.
Maka pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang kisah nabi Musa ‘alaihissalam yang akan kita ambil dari surah Al-Qashash. Allah ﷻ berfirman,
طسم
“Thaa Siin Miim.” (Qs. Al-Qashash : 1)
Para ulama menyatakan bahwa ayat yang seperti ini merupakan Huruful Muqaththa’ah yaitu huruf yang putus-putus yang Allah sebutkan dalam banyak surah. Contohnya adalah الم, حم, ص, ق, كهيعص, الر, الص dan lain-lain. Huruf seperti ini tidak perlu ditafsirkan. Pendapat yang kuat adalah huruf-huruf ini diturunkan untuk menunjukkan bahwa Alquran yang diberikan kepada nabi Muhammad ﷺ adalah berbahasa arab yang disusun dari huruf-huruf yang orang Quraisy juga meng-gunakannya. Karena pada waktu itu orang-orang Quraisy berbangga-bangga dengan bahasa Arab mereka sampai melakukan pertandingan syair-syair, bahkan sampai saat ini. Seakan-akan Allah hendak menerangkan bahwa Alquran ini terdiri dari huruf-huruf tersebut, akan tetapi mereka (Quraisy) tidak dapat membuat yang seperti itu. Sehingga betapa banyak orang-orang kafir dan para sahabat masuk Islam karena mendegar potongan ayat Alquran. Kemudian selanjutnya Allah ﷻ berfirman,
Pada ayat ini menegaskan bahwa hanya orang-orang beriman yang dapat mengambil faidah dari kisah nabi Musa ‘alaihissalam. Yaitu orang-orang yang mau menggunakan akal mereka untuk berfikir.
Dikisahkan bahwa Fir’aun hidup di Mesir. Terdapat dua suku besar di Mesir waktu itu yaitu suku pribumi (Al-Qibti) dan suku pendatang (Bani Israil). Orang Yahudi menisbahkan Bani Israil kepada nabi Ya’qub ‘alaihissalam yang dikenal sebagai Israil. Nabi Ya’qub ‘alaihissalam memiliki dua belas anak yang salah satunya adalah nabi Yusuf ‘alaihissalam. Maka tatkala nabi Yusuf ‘alaihissalam menjadi menteri di Mesir dalam kisah yang cukup panjang Allah sebutkan dalam surah Yusuf, beliau mendatangkan ayah dan ibunya beserta saudara-saudaranya untuk hidup di Mesir. Maka beranak pinanglah Bani Israil setelah itu. Akan tetapi pada zaman nabi Musa ‘alaihissalam Bani Israil tertindas oleh suku pribumi yang menjadi sukunya Fir’aun. Dan ini dilakukan oleh Fir’aun dengan sengaja. Salah satu bentuk penindasan Fir’aun terhadap Bani Israil adalah dengan membunuh anak laki-laki yang lahir dari kalangan Bani Israil. Para ahli tafsir menyebutkan bahwa para dukun di zaman Fir’aun telah meramalkan bahwa kelak pada tahun tertentu akan lahir seorang anak yang akan menggulingkan singgasana Fir’aun. Sehingga Fir’aun mengutus pasukannya untuk mencari siapa saja yang lahir, bahkan jika terdapat seorang wanita yang hendak melahirkan maka akan ditunggu sampai persalinannya selesai, jika yang lahir laki-laki maka akan dibunuh. Adapun jika anaknya perempuan maka dibiarkan. Sebagian ulama menyebutkan bahwa nabi Musa ‘alaihissalam tidak dibunuh karena lahir pada tahun sebelum atau setelah tahun yang diramalkan, sehingga bisa selamat dari Fir’aun dan pasukannya.
Fir’aun merupakan orang yang paling sombong, bahkan tidak ada yang lebih kafir darinya dengan mengatakan,
Akan tetapi Allah tidak ingin mengazab Fir’aun dengan seketika, padahal sangat mudah bagi Allah untuk membunuh Fir’aun dengan sekejap jika dikehendaki. Allah membiarkan Fir’aun dalam jangka waktu yang cukup lama agar kemudian nabi Musa menggulingkan tahtanya. Allah menginginkan mengadzab Fir’aun dengan caraNya yaitu dengan membiarkannya hidup dengan tenang dahulu, dan jika tiba masanya maka akan dihancurkan. Oleh karenanya para ulama menyebutkan bahwa Bashar Al Assad dengan kekejamannya sekian lama, Allah kelak akan menghancurkannya dengan izinNya, akan tetapi tidak seketika melainkan Allah akan buat dia tersiksa dengan runtuhnya kepemimpinannya sedikit demi sedikit sebagaimana kisah Fir’aun. Allah ﷻ berfirman:
Di ayat ini disebutkan bahwa Fir’aun mengkhawatirkan anak yang akah lahir dan kelak akan menggulingkan kerajaannya, maka Allah memperlihatkan apa yang mereka khawatirkan.
Ketahuilah, bahwa inilah awal mula cara Allah untuk menghancurkan kerajaan Fir’aun. Dia mencari-cari anak yang kelak akan menggulingkan kerajaannya, dan ternyata anak tersebut adalah nabi Musa ‘alaihissalam. Tatkala nabi Musa ‘alaihissalam dimasukkan kedalam keranjang kecil lalu dilepaskan di sungai nil, ternyata keranjang tersebut melewati kerajaan Fir’aun. Allah ﷻ berfirman,
Ahli tafsir menyebutkan bahwa istri Fir’aun lah yang memungut nabi Musa ‘alaihissalam yang bernama Asiah, seorang wanita salihah yang ditakdirkan oleh Allah ﷻ tidak bisa memiliki anak. Maka tatkala Asiah melihat keranjang nabi Musa ‘alaihissalam, maka Allah tumbuhkan rasa cinta pada Asiah untuk merawatnya. Betapa luar biasanya Allah mentakdirkan nabi Musa ‘alaihissalam dirawat oleh keluarga Fir’aun, padahal dialah (Musa) yang mereka cari selama ini, orang yang kelak akan menghancurkan kerajaannya. Ibaratnya seperti Fir’aun memelihara singa yang akan memakannya.
Kemudian Fir’aun melihat ciri-ciri anak tersebut, akhirnya diketahui anak tersebut berasal dari suku Bani Israil. Hal ini berbeda dengan pendapat sebagian ahli tafsir yang mengatakan bahwa Fir’aun tidak mengetahui bahwa anak tersebut dari Bani Israil. Sehingga timbullah keinginan Fir’aun untuk membunuhnya karena mengetahui asal suku anak tersebut. Allah ﷻ berfirman,
Lihatlah bagaimana sombong dan angkuhnya Fir’aun, akan tetapi tunduk dan mengalah kepada Istrinya. Tatkala istrinya menginginkan anak tapi tidak bisa memiliki anak, maka diangkatlah nabi Musa ‘alaihissalam sebagai anaknya. Namun lagi-lagi mereka (Fir’aun) tidak menyadari siapa yang mereka angkat menjadi anak. Kemudian Allah ﷻa berfirman,
Ibu nabi Musa ‘alaihissalam tahu bahwa anaknya berada dalam perawatan Fir’aun. Akan tetapi kesedihan yang melanda ibu nabi Musa ‘alaihissalam hampir membuatnya mengakui bahwa itu anaknya. Kemudian Allah kokohkan hatinya agar dia bisa yakin dengan janji Allah, bahwa nabi Musa ‘alaihissalam kelak akan kembali kepangkuan-nya dan menjadikan nabi Musa ‘alaihissalam sebagai seoral rasul. Kemudian ibu nabi Musa ‘alaihissalam berwasiat kepada saudari nabi Musa ‘alaihissalam,
Kemudian lihatlah bagaimana Allah ﷻ yang Maha Mengatur segala sesuatu. Akhirnya Allah mengatur pertemuan nabi Musa ‘alaihissalam dengan ibunya. Allah ﷻ berfirman,
Fir’aun dan istrinya akhirnya sayang kepada nabi Musa ‘alaihissalam. Kemudian nabi Musa menangisdan ingin disusui, akan tetapi Allah membuat nabi Musa ‘alaihissalam tidak suka keada seluruh air susu para wanita yang menyusuinya. Sehingga saudara nabi Musa ‘alaihissalam menyarankan kepada Fir’aun untuk membawa nabi Musa ‘alaihissalam kepada kaluarga yang dapat merawat dan menyusuinya. Maka Allah ﷻ berfirman,
Lihatlah bagaimana hikmah yang Allah lekatkan pada setiap kejadian. Terkadang sesuatu yang kita benci ternyata bisa mendatangkan kebaikan. Ketika ibu nabi Musa ‘alaihissalam melepaskan anaknya di sungai Nil, pasti mengalami kesedihan dan kekhawatiran. Tentunya dia benci dengan hal ini, dan ingin selalu bersama anaknya serta menyesuinya. Akan tetapi dia menjalankan perintah Allah untuk melepaskan anaknya. Ternyata ada hikmah dibalik itu luar biasa, yaitu ibunya bisa kembali bertemu anaknya, dan juga dipekerjakan di istana Fir’aun. Akhirnya ibunya merasakan bahagia di atas kebahagiaan. Kemudian Allah ﷻ berfirman,
Nabi Musa ‘alaihissalam tumbuh di kerajaan Fir’aun dan terkenal sebagai anak angkatnya Fir’aun yang hebat. Sebagian ahli tafsir menyebutkan tatkala seorang manusia sempurna akal dan kedewasaannya, biasanya diindentikkan dengan orang yang berumur 40 tahun. Sehingga disimpulkan bahwa nabi Musa ‘alaihissalam hidup bersama Fir’aun selama kurang lebih 40 tahun. Setelah berusia 40 tahun maka nabi Musa ‘alaihissalam diangkat menjadi nabi dan diberi pengetahuan. Setelah itu terjadi kasus yang besar yaitu nabi Musa ‘alaihissalam membunuh seseorang dari suku pribumi. Allah ﷻ berfirman,
Nabi Musa ‘alaihissalam adalah orang yang sangat kuat. Bahkan dikisahkan dalam hadits yang sahih, tatkala malaikat datang dalam wujud manusia, kemudian nabi Musa ‘alaihissalam menamparnya sampai keluar matanya. Ini menunjukkan betapa kuatnya nabi Musa ‘alaihissalam. Akhirnya nabi Musa ‘alaihissalam menyesali dan beristighfar atas perbuatannya dengan berkata,
Ayat ini menujukkan bahwa nabi Musa ‘alaihissalam berdosa. Karena sebagian orang mengingkari hal tersebut dengan menganggap bahwa itu hanya prasangka nabi Musa dan dia (Musa) tidak berdosa. Akan tetapi itu tidak benar karena Allah mengakui pengakuan dosa nabi Musa ‘alaihissalam dengan mengatakan فَغَفَرَلَهُ (maka Allah mengampuninya). Padahal orang yang dibunuh oleh nabi Musa adalah orang kafir yang yang mengikuti Fir’aun dan meyakini Fir’aun sebagai tuhan. Ini menjadi dalil bahwa tidak semua orang kafir boleh dibunuh, apalagi orang kafir yang mengadakan perjanjian damai dengan kaum muslimin. Oleh karena itu para ulama menyebutkan empat tipe orang kafir.
- Kafir Harbi, yakni orang kafir yang memerangi kaum muslimin dan halal darahnya untuk ditumpahkan.
- Kafir Dzimmi, yakni orang kafir yang tinggal di negeri muslim, yang menjalankan syariat Islam, memiliki perjanjian dengan kaum muslimin, membayar pajak.
- Kafri Mu’ahad, yakni orang kafir yang ada perjanjian damai antara negeri kafir dengan negeri Islam, kategori ini tidak boleh dibunuh.
- Kafir Musta’min, yakni orang kafir yang datang dari negara lain yang meminta perlindungan, dan wajib seorang muslim memberikan perlindungan dan tidak boleh dibunuh.
Setelah itu nabi Musa ‘alaihissalam ketakutan terhadap apa yang menimpa dia. Allah ﷻ berfirman,
Nabi Musa ‘alaihissalam takut karena telah membuat kasus besar yaitu telah membunuh seorang dari pribumi. Dan berita tersebut pasti akan sampai kepada Fir’aun. Takut yang dialami nabi Musa ‘alaihissalam menurut para ulama adalah takut thabi’i (takut yang bersifat naluri). Seseorang ketika takut terhadap sesuatu yang menakutkan adalah hal yang wajar dan bukan bagian dari kesyirikan. Takut tabi’I misalnya adalah takut kepada hewan buas, orang yang membawa senjata, dan lain-lain, ini merupakan ketakutan yang wajar (boleh).
Di ayat ini dikisahkan bahwa orang Bani Israil yang kemarin berkelahi dengan orang pribumi yang dibunuh oleh nabi Musa ‘alaihissalam berkelahi lagi keesokan harinya. Mulanya nabi Musa ‘alaihissalam tidak ingin menolongnya dari perkelahiannya, akan tetapi nabi Musa ‘alaihissalam terbawa fanatik suku sehingga terpanggil lagi dia untuk menolong orang Bani Israil melawan orang pribumi. Tatkala nabi Musa hendak memukul, orang pribumi tersebut berkata,
Ketika nabi Musa’ ‘alaihissalam sedang dinasehati oleh musuhnya dan juga dalam keadaan emosi, kemudian datang serang laki-laki dengan bergegas ke arahnya. Allah ﷻ berfirman,
Seketika nabi Musa ‘alaihissalam kaget mendengar berita tersebut, kemudian berlari keluar dari kota. Allah ﷻ berfirma,
Nabi Musa ‘alaihissalam keluar dari kota Mesir tanpa persiapan safar dan bekal makanan, karena takut dengan orang-orang mesir yang akan membunuhnya. Bahkan sebagian ahli tafsir menyebutkan bahwa nabi Musa ‘alaihissalam pergi tanpa memakai alas kaki. Dan nabi Musa ‘alaihissalam berdoa meminta perlindungan dan petunjuk kepada Allah ﷻ.
Kemudian Allah ﷻ berfirman,
Ketika nabi Musa ‘alaihissalam sampai pada sebuah sumber mata air, dilihatnya banyak lelaki yang mengambil air untuk ternaknya. Akan tetapi dibelakang mereka ada dua orang wanita yang menahan ternaknya untuk minum di tempat tersebut. Sehingga nabi Musa ‘alaihissalam bertanya tentang sikap mereka, kemudian mereka menerangkan bahwa mereka harus menunggu para lelaki selesai meminumkan ternak mereka. Karena biasanya ayahnya (wanita) yang mengambilkan minum untuk ternaknya sedangkan mereka tidak ingin bercampur baur dengan laki-laki. Maka para ulama menyebutkan bahwa ini juga dalil bahwa tercelanya ikhtilath (campur baur). Maka nabi Musa ‘alaihissalam menolong kedua wanita tersebut,
Setelah menolong wanita tersebut, nabi Musa ‘alaihissalam bersandar pada sebuah pohon dalam keadaan sangat lapar, capek dengan perjalanan jauh dari Mesir, beliau berdoa kepada Allah “Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku“. Kata para ulama, nabi Musa ‘alaihissalam lapar dan meminta makan.
Demikianlah orang-orang yang mengenal Allah ﷻ. Mereka senantiasa menunjukkan kefakirannya di hadapan allah. Semakin seseoran merasa butuh dengan Allah, maka akan semakin tinggi kedudukannya di sisi Allah ﷻ. Sebagaimana hal nya nabi Musa ‘alaihissalam, diriwatkan juga para salaf tatkala mereka sujud, ada di antara mereka yang berdoa meminta makan kepada Allah ﷻ. Oleh karenanya nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dengan sanad yang meskipun masih diperselisihkan,
Maka dari itu apapun keinginan kita, berdoalah kepada Allah. Tidak heran kenapa nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak mengajari kita dengan doa. Masuk pasar doanya, masuk rumah ada doanya, keluar rumah pun ada doanya. Sehingga hati kita senantiasa terikat dengan Allah dan hati kita tahu bahwa tidak boleh kita menyerahkan segala urusan pada diri sendiri walau sekejap mata, melainkan menyerahkan segalanya kepada allah ﷻ. Setelah nabi Musa ‘alaihissalam berdoa meminta karunia dari Allah, maka dikabulkanlah doanya. Allah ﷻ berfirman,
Nabi Musa ‘alaihissalam membantu kedua wanita tersebut tidak berniat mencari upah, akan tetapi wanita tersebut memberikan upah maka kata para ulama hal itu tidaklah mengapa. Yang penting niat kita membantu bukan untuk mendapatkan upah, maka jika akhirnya diberikan upah maka tidak mengapa untuk diterima.
Kemudian sikap nabi Musa ‘alaihissalam yang menceritakan apa yang menimpa dirinya merupakan sikap yang benar. Seseorang tatkala mengalami kesedihan dibolehkan menceritakan kesedihannya kepada orang lain, akan tetapi harus kepada orang yang tepat atau orang salih yang bisa memberikan nasihat. Akan tetapi ada orang yang hanya mengadukan kesedihannya hanya kepada Allah sebagaimana nabi Ya’qub ‘alaihissalam,
Akan tetapi ada juga orang yang mengadukan kesedihannya kepada manusia yang lain, hal ini dibolehkan dengan syarat bisa menemukan solusi sebagaimana nabi Musa ‘alaihissalam. Kata para ulama, kata بَثِّي (kesedihan/kegelisahan) bermakna ter-pancarkan, yaitu tatkala seseorang merasa sedih ada rasa untuk ingin mengungkapkan untuk mengurangi bebannya. Namun bukan berarti hal ini membolehkan seseorang untuk menceritakan seluruh masalahnya secara terus menerus, apalagi sampai menceritakannya ke media sosial. Maka dari itu menceritakan masalah (curhat) kepada manusia harus kepada orang yang tepat. Kemudian, salah satu dari wanita tersebut tertarik kepada nabi Musa ‘alaihissalam. Allah ﷻ berfirman,
Wallahu a’lam bisshawab, adapun penilaian wanita tersebut terhadap nabi Musa ‘alaihissalam mungkin karena melihat bagaimana dia (Musa ‘alaihissalam) dengan mudahnya membantu mengambil air dan penuh amanah membantu tanpa mengharapkan upah. Akhirnya sang ayah dari wanita tersebut menawarkan nabi Musa ‘alaihissalam untuk menikahi salah satu putrinya.
Kata para ulama, ini juga merupakan dalil bahwa betapa agungnya akad pernikahan. Sampai-sampai nabi Musa ‘alaihissalam rela kerja delapan atau sepuluh tahun mengembala ternak untuk menunaikan maharnya, padahal dia adalah seorang nabi. Nabi Musa ‘alaihissalam pun menyetujuinya. Akhirnya nabi Musa ‘alaihissalam bekerja dalam kurun waktu delapan atau sepuluh tahun. Kata para ulama, setelah itu timbul kerinduan nabi Musa ‘alaihissalam untuk kembali ke Mesir membawa istrinya. Nabi Musa mengira bahwa mungkin Fir’aun dan pasukannya telah lupa bahwa dia telah membunuh seseorang dari kaumnya sepuluh tahun yang lalu, sehingga timbul rasa rindu ingin pulang bertemu kerabatnya. Allah ﷻ berfirman,
Ulama mengatakan bahwa pada waktu itu sedang musim dingin sehingga mereka mencari tempat untuk menghangatkan badan.
Tatkala nabi Musa ‘alaihissalam menuju tempat asal api tersebut, ternyata nabi Musa ‘alaihissalam bertemu degan Allah ﷻ. Maka dikatakan kepada nabi Musa ‘alaihissalam,
Dari sini Allah punya tugas besar yang Allah akan bebankan kepada nabi Musa ‘alaihissalam. Yaitu Allah menyuruh nabi Musa ‘alaihissalam untuk mendakwahi Fir’aun. 50 tahun setelah rencana Fir’aun untuk membunuh nabi Musa ‘alaihissalam, barulah Allah mengutus nabi Musa ‘alaihissalam untuk berdakwah kepada Fir’aun agar dia sadar. Setelah itu Allah menyiapkan mukjizat kepada nabi Musa ‘alaihissalam agar menjadi bukti kerasulan beliau. Karena dikisahkan bahwa Fir’aun adalah orang yang pandai bersilat lidah dan provokator ulung. Mukjizat yang Allah siapkan adalah dengan tongkatnya nabi Musa ‘alaihissalam. Allah ﷻ berfirman,
Sebagian para ulama menyebutkan bahwa kisah ini merupakan mukaddimah agar nabi Musa ‘alaihissalam tidak terkejut ketika melihat mukjizat yang Allah karuniakan kepadanya. Kemudian Allah ﷻ berfirman,
فَلَمَّا رَآهَا تَهْتَزُّ كَأَنَّهَا جَانٌّ وَلَّى مُدْبِرًا وَلَمْ يُعَقِّبْ يَا مُوسَى أَقْبِلْ وَلَا تَخَفْ إِنَّكَ مِنَ الْآمِنِينَ
قَالَ خُذْهَا وَلَا تَخَفْ سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا الْأُولَى
Ini merupakan serangkain kisah Allah melatih nabi Musa ‘alaihissalam terhadap mukjizat yang diberikan. Jangan sampai dia mendatangi Fir’aun dalam keadaan tidak tahu apa yang akan terjadi dengan tongkatnya. Ini merupakan mukjizat nabi Musa ‘alaihissalam yang pertama. Mukjizat yang kedua, Allah ﷻ berfirman,
Sebagian orang Afrika menyatakan bahwa nabi Musa ‘alaihissalam memiliki kulit yang hitam, karena memiliki mukjizat tangannya putih. Akan tetapi ini tidak melazimkan dan juga bukan dalil bahwa nabi Musa ‘alaihissalam berkulit hitam. Akan tetapi mukjizat nabi Musa ‘alaihissalam adalah tangannya tampak putih setelah mengeluarkannya dari bawah ketiaknya. Kemudian Allah ﷻ berfirman,
Maka tatkala Allah memerintahkan nabi Musa ‘alaihissalam untuk menuju Fir’aun, beliau ketakutan. Nabi Musa ‘alaihissalam berkata,
Kemudian meminta kepada Allah untuk diberi teman yaitu saudaranya nabi Harun. Nabi Musa ‘alaihissalam berkata,
Nabi Musa ‘alaihissalam takut tatkala dia mendatangi Fir’aun seorang diri perkataannya bisa salah dan terbata-bata. Maka nabi Musa ‘alaihissalam meminta kepada Allah untuk mengutus Harun bersamanya. Dalam ayat lain nabi Musa ‘alaihissalam berdoa,
Banyak ahli tafsir menyebutkan dari tafsiran para sahabat seperti Ibnu Abbas dan yang lainnya, bahwasanya nabi Musa ‘alaihissalam tidak lancar dan terbata-bata dalam berbicara. Karena nabi Musa ‘alaihissalam pernah memakan bara dan melukai lidahnya sehingga bicaranya tidak lancar. Disebutkan dalam tafsir, bahwa dahulu nabi Musa ‘alaihissalam pernah digendong oleh Fir’aun. Ketika dalam gendongannya, nabi Musa ‘alaihissalam memukul dan menarik janggutnya. Sehingga Fir’aun marah dan berkata kepada istrinya, “Wahai Istriku, anak ini sepertinya ketika sudah dewasa akan membunuh saya kalau sekarang tingkahnya sudah seperti ini.” Maka istri Fri’aun menjawab, “Wahai Fir’aun, dia hanya ana yang masih kecil dan tidak mengerti apa-apa. Cobalah kamu uji.” Kemudian Fir’aun mencoba dengan memberikan pilihan kepada nabi Musa ‘alaihissalam antara batu permata dan bara api. Akhirnya nabi Musa ‘alaihissalam memilih bara api dan memakannya. Ini menunjukkan bahwa nabi Musa ‘alaihissalam tidak mengetahui apa-apa.
Ini merupakan sebab nabi Musa ‘alaihissalam terbata-bata dalam berbicara. Akan tetapi tidak ada riwayat yang marfu’ dari nabi Muhammad ﷺ. Ada kemungkinan kisah ini berasal dari kisah israiliyat. Dan kesahihan riwayat tersebut patut diragukan karena nabi Musa ‘alaihissalam tidak disebutkan dalam ayat-ayat yang lain bahwa beliau gagap, akan tetapi beliau kekuan berbicara itu disebabkan karena ketakutannya menghadapi Fir’aun. Sebagaimana orang pada umumnya tatkala bertemu dengan orang hebat, terkadang bicaranya terbata-bata karena grogi atau takut. Oleh karena itu nabi Musa meminta nabi Harun ‘alaihissalam diutus bersamanya.
Faidah dari kisah ini adalah tentang ketulusan nabi Musa ‘alaihissalam. Disebutkan bahwa nabi Musa ‘alaihissalam mengetahui bahwa ada tugas yang mulia yaitu berdakwah kepada Fir’aun. Maka nabi Musa ‘alaihissalam meminta bantuan orang lain dalam berdakwah, sampai menyebutkan keutamaan orang tersebut. Beginilah sebenarnya akhlak mulia seorang da’i, tidak menjadikan da’i yang lain sebagai saingan akan tetapi menjadikan da’i yang lain sebagai partner dakwah. Juga merasa senang tatkala ada orang yang membantunya dalam berdakwah dan mengakui kekurangan yang dimiliki masing-masing. Maka dari itu Allah ﷻ berfirman,
Kemudian dalam surah Asy-Syu’ara Allah menggambarkan kisah pertemuan nabi Musa ‘alaihssalam dengan Fir’aun. Pada surah ini akan nampak betapa hebatnya Fir’aun dalam berbicara. Dan dikisah ini, yang berbicara bukanlah nabi Harun ‘alaihissalam melainkan nabi Musa ‘alaihissalam. Karena Allah ﷻa telah berfirman,
Para ulama menyebutkan bahwa setelah nabi Musa ‘alaihissalam berdoa, Allah kabulkan permintaannya. Menjadi lapanglah hatinya, bicaranya tidak lagi terbata-bata lagi dan dia tidak lagi takut bertemu Fir’aun. Ketika pertemuan terjadi, berkata nabi Musa ‘alaihissalam,
Maka berkatalah Fir’aun yang menunjukkan kehebatannya berbicara,
Ini dalil pertama yang diucapkan oleh Fir’aun untuk menjatuhkan dakwah nabi Musa ‘alaihissalam. Kemudian fir’aun berkata,
Ini merupakan dalil kedua Fir’aun. Kata-kata yang disampaikan oleh Fir’aun itu luar biasa hebatnya sampai mampu mempengaruhi para pasukan dan bawahannya. Sehingga Allah mengabadikan perkataan yang indah dari Fir’aun. Dalam surah Gahfir Fir’aun berkata,
Perkataan yang indah dari Fir’aun seolah-olah memprovokasi dan membuat para pasukan dan kaumnya tercengang. Bahkan di ayat setelahnya lebih indah lagi. Dia berkata,
Ini merupakan kata yang indah. Sehingga ada seorang khatib yang dakwahnya tidak diterima, lantas membawakan perkataan Fir’aun ini agar perktaannya didengar. Inilah betapa hebatnya Fir’aun berkata. Tatkala nabi Musa ‘alaihissalam datang, langsung dibalas dengan kata-kata yang bisa mematikan semangat dakwah nabi Musa ‘alaihihssalam dengan mengatakan bahwa dia (Musa) anak yang tidak tahu berterima kasih, dan disebutkan kesalahannya yang telah membunuh orang dimasa lalu. Akan tetapi Allah telah memberikan kekuatan dan menenangkan hati nabi Musa dan nabi Harun ‘alaihimassalam, sehingga mampu membantah perkataan Fir’aun tersebut. Adapun perkataan Fir’aun tentang membunuh orang, maka nabi Musa ‘alaihissalam mengakuinya dan berkata,
قَالَ فَعَلْتُهَا إِذًا وَأَنَا مِنَ الضَّالِّينَ (20) فَفَرَرْتُ مِنْكُمْ لَمَّا خِفْتُكُمْ فَوَهَبَ لِي رَبِّي حُكْمًا وَجَعَلَنِي مِنَ الْمُرْسَلِينَ
Maka kemudian nabi Musa ‘alaihissalam membalas perkataan Fir’aun tentang tidak pandai balas budi. Nabi Musa ‘alaihissalam berkata,
Maksudnya adalah nabi Musa ‘alaihissalam mencela perbuatan Fir’aun terhadapa Bani Israil. Seakan-akan nabi Musa ‘alaihissalam mengatakan bahwa kebaikan yang dia berikan kepada Musa ‘alaissalam itu tidak sebanding dengan kezalimannya terhadap Bani Israil. Kemudian Fir’aun pun merasa kalah dengan bantahan nabi Musa ‘alaihissalam. Kemudian Fir’aun hendak mengejek nabi Musa ‘alaihissalam. Allah ﷻ berfirman,
قَالَ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا إِنْ كُنْتُمْ مُوقِنِينَ
Mulailah Fir’aun memprovokasi rakyatnya, akan tetapi nabi Musa ‘alaihissalam melanjutkan dakwahnya.
Ketika Fir’aun telah kehabisan kata-kata untuk membalas perkataan nabi Musa ‘alaihissalam, yang ada Fir’aun emosi dan langsung menuduh nabi Musa ‘alaihissalam sebagai orang gila. Ini merupakan dalil bahwa tatkala seseorang melihat maslahat dalam dakwah ketika dia tetap melakukannya, maka hendaknya dia melanjutkan dakwahnya, meskipun banyak orang yang mencela dan menuduh dengan tuduhan yang tidak benar. Ketahuilah sebagian orang mengatakan bahwa rusa sebenarnya larinya lebih cepat dari pada harimau, akan tetapi rusa selalu termakan oleh harimau disebabkan karena dia sering menoleh kebelakang untuk mengecek apakah harimau telah dekat. Maka seharusnya bagi seorang da’i agar tetap fokus pada dakwahnya dan tidak terlalu menekankan pada bantahan-bantahan orang. Karena jika seorang da’i hanya banyak melakukan pembelaan dan tuduhan, yang ada adalah dia membela dirinya, bukan membela agama Allah Subhanahu wa ta’ala. Karena tidak mungkin seseorang bisa menggapai keridhaan semua orang.
Saya teringat dengan perkataan seorang syaikh yang menasehati saya, beliau berkata, “Wahai Firanda, berdakwahlah engkau dan teruslah berdakwah sebelum datang suatu waktu kamu dilarang berdakwah.” Ketahuilah pasti kita pernah mengalami suatu waktu dimana kita betul-betul tidak bisa berdakwah. Betapa banyak teman saya yang bergelar doktor dari berbagai negara, akan tetapi mereka tidak bisa berdakwah. Maka teruslah berdakwah, karena umur kita terbatas. Lihatlah nabi Musa ‘alaihissalam yang terus berdakwah meskipun dikatakan telah gila. Karena walapun Fir’aun tidak menerima, akan tetapi pasukan dan bwahannya mungkin akan mereima dakwahnya. Nabi Musa pun meneruskan per-kataannya.
Akhirnya Fir’aun semakin jengkel karena merasa kalah dengan nabi Musa ‘alaihissalam dihadapan rakyatnya. Dengan penuh emosi dia berkata,
Cara kasar yang dilakukan Fir’aun menjadikan perdebatan selesai dan nabi Musa ‘alaihissalam akan dipenjarakan. Akan tetapi nabi Musa ‘alaihissalam menunjukkan kecerdasannya dengan melakukan penawaran kepada Fir’aun dengan harapan dia akan berubah fikiran. Nabi Musa ‘alaihissalam berkata,
Maka nabi Musa ‘alaihissalam melakukan apa yang telah dilakukannya bersama Allah sebelumnya.
Dengan segera Fir’aun berkata yang menunjukkan kecerdasannya,
Kemudian Fir’aun mendatangkan perkataan yang akan menjatuhkan nabi Musa ‘alaihissalam di hadapan rakyatnya. Fir’aun berkata,
Fir’aun memprovokasi rakyatnya dengan perkataan yang hebat. Sampai-sampai bertanya kepada rakyatnya untuk memancing perhatian. Akan tetapi rakyatnya menginginkan nabi Musa ‘alaihissalam bertanding melawan tukang sihir yang dimiliki Fir’aun.
Maka Fir’aun berkata pada ayat yang lain,
Maka dikumpulkanlah para ahli sihir untuk bertemu dengan nabi Musa ‘alaihissalam. Allah ﷻ berfriman:
Disebutkan oleh sebagain ahli tafsir bahwa jumlah penyihir yang dikumpulkan oleh Fir’aun mencapai ribuan. Akan tetapi tidak ada angka yang pasti, yang ada hanyalah keterangan bahwa mereka segerombolan para penyihir, dan ini bisa menunjukkan jumlah yang sangat banyak. Ketika telah bertemu antara nabi Musa ‘alaihissalam dengan para penyihir, nabi Musa ‘alaihissalam mendakwahi para penyihir. Nabi Musa ‘alaihissalam berkata,
Setelah dinasihati oleh nabi Musa ‘alaihissalam, para penyihir saling berbisik-bisik di antara mereka. Allah ﷻ berfirman,
Kemudian para penyihir berkata kepada Fir’aun,
Pertemuan yang terjadi antara nabi Musa ‘alaihissalam dengan para penyihir merupakan pertemuan yang sangat hebat, dan disaksikan oleh seluruh rakyat Mesir. Maka terjadilah pertandingan yang luar biasa di antara mereka.
Nabi Musa ‘alaihissalam ketakutan karena tersihir dengan dibayangkan keadanya bahwa ular-ular itu bergerak dengan cepat. Ini merupakan dalil bahwa nabi Musa ‘alaihissalam memungkinkan untuk tersihir, akan tetapi Allah mengalahkan sihir tersebut. Ini juga merupakan dalil bantahan untuk orang-orang yang menolak hadits Nabi ﷺ yang pernah tersihir. Mereka yang menolak hadits ini karena menurut mereka bahwa nabi adalah seorang nabi, dan kalau betul nabi tersihir maka bagaimana dengan Alquran. Maka jawabannya adalah nabi Muhammad ﷺ tersihir serupa dengan tersihirnya nabi Musa ‘alaihissalam yang diberikan khayalan mendatangi istrinya padahal ternyata tidak. dan sihir seperti ini tidak berpengaruh dengan wahyu yang Allah turunkan kepada nabi Muhammad ﷺ. Oleh karena itu hadits nabi tentang tersihirnya beliau merupakan hadits yang sahih. Maka ketika nabi Musa ‘alaihissalam merasa takut, Allah ﷻ berfriman,
Tatkala nabi Musa ‘alaihissalam melemparkan tongkatnya, maka jadilah tongkatnya menjadi ular yang sebenarnya, yang memakan seluruh ular-ular tipu daya para penyihir tersebut. Ketika para penyihir menyaksiakan apa yang dilakukan oleh nabi Musa ‘alaihissalam, barulah mereka sadar bahwa apa yang didatangkan oleh nabi Musa ‘alaihissalam bukanlah sihir, akan tetapi mukjizat. Karena yang dilakukan oleh para penyihir hanyalah halusinasi dan tipuan mata, sedangkan nabi Musa ‘alaihissalam benar-benar tongkat yang berubah menjadi ular. Setelah kejadian itu, Allah ﷻ berfirman,
Fir’aun melihat kondisi saat itu dalam keadaan gawat, dimana para penyihirnya tunduk kepada nabi Musa ‘alaihissalam sedangkan disaksikan oleh seluruh rakyat Mesir. Maka Fir’aun memperlihatkan lagi kecerdasannya dengan berkata,
Lihatlah betapa pintarnya Fir’aun mencari alasan dengan menuduh bahwa mereka para penyihir telah bekerjasama dengan nabi Musa ‘alaihissalam terlebih dahulu. Maka para penyihir berkata kepada Fir’aun,
Kisah ini menggambarkan betapa luas rahmat allah Subhanahu wa ta’ala. Bertahun-tahun para penyihir melakoni profesinya yang dimana profesi tersebut merupakan doa besar dan bentuk kesyirikan. Dosa sihir lebih besar dari melakukan zina, membunuh atau durhaka kepada orang tua. Sebagaimana nabi ﷺ besabda tentang hukuman pelaku sihir,
Maka dari itu sihir merupakan dosa yang amat besar, akan tetapi para penyihir hanya beriman sekejap lalu dibunuh, kemudian meninggal dan diberikan balasan terbaik oleh Allah yaitu surga. Ini merupakan bentuk keluasan rahmat Allah ﷻ. Setelah Fir’aun kalah dalam pertandingan tukang sihir dengan nabi Musa ‘alaihissalam, ternyata dia belum sadar juga. Fir’aun dengan sombongnya berkata,
Kemudian Allah menegur Allah menurunkan mukjizat yang lain agar Fir’aun dan pengikutnya sadar. Allah Subahanahu wa ta’ala berfriman,
Dalam ayat lain Allah mengatakan ada sembilan mukjizat,
Allah ﷻ menurunkan Thufan yaitu angin kencang disertai hujan yang lebat yang menghancurkan rumah-rumah mereka. Akan tetapi rumah-rumah dari kalangan Bani Israil yang hidup di Mesir tidak rusak. Karena angin tersebut hanya Allah kirim untuk pengikut Fir’aun. Akhirnya mereka meminta tolong kepada nabi Musa ‘alaihissalam. Allah ﷻ berfirman,
Maka Allah mengabulkan permintaan nabi Musa ‘alaihissalam dengan menghilangkan Thufan. Setelah diangkat angin kencang dan hujan tersebut, tumbuhlah tanaman-tanaman yang baru. Kemudian Fir’aun dan rakyatnya menganggap bahwa ini bukanlah azab, karena setalah itu tumbuh tanaman yang segar. Ternyata mereka ingkar dan tidak beriman kepada Allah. Kemudian Allah hadirkan lagi belalang yang memakan seluruh tumbuhan-tumbuhan tersebut. Maka mereka meminta untuk diangkat lagi musibah ini. Maka allah kabulkan dengan hilangnya belalang tersebut. Akan tetapi ada beberapa tumbuhan tersisa yang tidak dimakan oleh belalang sehingga mereka mengatakan bahwa ini sudah cukup untuk kebutuhan kami. Ternyata lagi-lagi mereka ingkar dan tidak mau beriman.
Kemudian Allah turunkan kutu dan masuk di rumah-rumah mereka dan mereka memohon untuk diangkat. Maka hilanglah kutu tersebut, akan tetapi mereka tetap tidak beriman. Begitupun dengan katak yang Allah turunkan kepada mereka. Sampai para ahli tafsir menyebutkan tidak ada di antara mereka yang berani membuka mulut karena takut katak tersebut lompat ke dalam mulut mereka karena banyaknya jumlah katak tersebut. kemudian mereka meminta untuk diangkat musibah tersebut. Setelah diangkat ternyata mereka tetap tidak beriman kepada Allah dan nabi Musa ‘alaihissalam. Terakhir Allah jadikan sungai Nil berubah airnya menjadi darah tatkala mereka mengambilnya, kemudian mereka meminta agar dihilangkan dan kemudian mereka beriman. Akan tetapi setelah diangkat musibah itu, mereka tetap ingkar dan tidak beriman kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Ketika telah jelas Fir’aun dan pengikutnya tidak mau beriman dan bersifat keras kepala, maka Allah memerintahkan kepada nabi Musa ‘alaihissalam dengan mengatakan,
Allah memerintahkan nabi Musa ‘alaihissalam bersama Bani Israil untuk keluar melarikan diri dan menjauh dari negeri Mesir. Akan tetapi Fir’aun mengetahui bahwa nabi Musa ‘alaihissalam bersama Bani Israil telah kabur dimalam hari. Maka Fir’aun pun murka dan mengumpulkan seluruh pasukannya tanpa ada yang tertinggal. Allah ﷻ berfirman,
Kemudian fir’aun berkata,
Kemudian Allah menceritakan bagaimana kemudian pasukan Fir’aun bisa menyusul nabi Musa dan Bani Israil. Allah ﷻ berfirman,
Nabi Musa ‘alaihissalam berkata dengan penuh keyakinan,
Maka pada saat itu pasukan Fir’aun berada di belakang nabi Musa dan pengikutnya. Sedangkan di hadapan mereka ada laut mereah. Mereka pun bingung kemana akan kabur. Maka dengan penuh keyakinan nabi Musa ‘alaihissalam diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala untuk memukulkan tongkatnya ke arah laut. Allah ﷻ berifirman,
Tongkat yang dimiliki oleh nabi Musa ‘alaihissalam hanyalah tongkat biasa, akan tetapi Allah ingin memuliakan nabi Musa ‘alaihissalam dengan membuka laut setelah dipukul oleh nabi Musa ‘alaihissalam untuk membuktikan bahwa ini merupakan mukjizat yang Allah berikan kepada nabi Musa ‘alaihissalam. Tatkala di pukulkan tongkatnya, maka terbelahlah lautan dan jalanannya kering dan tidak ada air. Hal ini merupakan mukjizat nabi Musa ‘alaihissalam. Sebagaimana Allah ﷻ sebutkan dalam ayat lain,
Fir’aun dan pasukannya takjub melihat kejadian yang luar biasa yaitu terbelahnya lautan, akan tetapi mereka tetap tidak mau beriman kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Inilah mengapa hidayah itu milik Allah ﷻ. Maka lewatlah nabi Musa ‘alaihissalam bersama pengikutnya dan berhasil sampai keseberang lautan. Kemudian pasukannya memerintahkan fir’aun unutk maju terlebih dahulu. Maka tatkala Fir’aun berada di tengah lautan, laut masih dalam keadaan terbelah. Fir’aun mengatakan, “Laut ini terbelah karena saya tuhan.” Akhirnya menyusullah seluruh pasukan fir’aun, kemudian Allah tutup kembali lautan tatkala mereka semua berada di tengah lautan. Maka tenggelamlah Fir’aun bersama bala tentaranya. Saat itulah Fir’aun sadar dan mengatakan:
Dalam ayat ini diterangkan bahwa akhir perkataan Fir’aun adalah kalimat لااله الا الله yang kata nabi Muhammad ﷺ
Sehingga Ibnul ‘Arabi dalam kitabnya Fushuhul Hikam menyebutkan bahwa Fir’aun masuk surga karena akhir kalimatnya adalah Laa Ilaha Illallah. Akan tetapi yang benar adalah taubatnya tidak diterima karena telah berada pada waktu sakratul maut. Allah ﷻ berfirman,
Nabi ﷺ bersabda:
Maka dari itu Allah ﷻ berkata kepada Fir’aun:
Ayat ini menunjukkan bahwa taubatnya fir’aun tidak diterima. Kemudian Allah ﷻ berfirman,
Allah menyelamatkan jasad Fir’aun agar orang-orang tidak menganggap bahwa Fir’aun belum meninggal. Allah ingin memperlihatkan bahwa inilah hasil bagi orang yang pernah sombong dan angkuh di muka bumi ini. Ayat ini juga menjadi dalil bahwasanya azab kubur tetap ada meskipun jasad orang tersebut tidak berada dalam kubur. Sebagaimana Allah ﷻ berfirman,
Para ulama mengatakan bahwa ini dalil tentang adanya azab kubur. Meskipun kita menemukan jasad Fir’aun selamat. Akan tetapi ruhnya tetap diazab oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Para ulama menjelaskan bahwa alasan disebut sebagai azab kubur, karena kebanyakan orang tatkala meninggal dimasukkan ke dalam kuburan. Akan tetapi bukan berarti orang tidak dikuburkan tidak akan diazab. Fir’aun menjadi bukti bahwa meskipun jasadnya selamat atau tidak tidak dikubur, akan tetapi dia diazab di alam barzakh yaitu alam antara alam dunia dan akhirat.
Demikianlah kisah nabi Musa ‘alaihissalam bersama Fir’aun, orang yang aling sombong dan angkuh. Orang yang mengaku sebagai tuhan. Padahal Iblis mengakui Allah sebagai tuhan, sedangkan Fir’aun telah melampaui batas.
Posting Komentar