Hampir setiap orang punya masa lalu yang suram.
Oleh Siswo Kusyudhanto
Ada seorang akhwat yang sudah Hijrah ke manhaj Sunnah, dia berhijab syar'i dan bercadar dalam kesehariannya. Namun dibalik itu dia punya masa lalu yang suram di masa lalu. Dia melakukan beberapa hal yang buruk, diantaranya dia mentato bagian tubuhnya.
Pada saat ini sedang dalam proses menuju pernikahan dengan seorang pemuda yang alim, juga sepaham dengan si akhwat, sudah "ngaji" beberapa tahun terakhir. Cuma si akhwat diliputi kegelisahan, takut si pemuda ketika tau dia bertato akan menolaknya.
Lalu saya bilang kepada teman, "bilang aja sama si akhwat, sampaikan kepada calon suaminya apa adanya kalau dia bertato, dan kalau calonnya seorang pemuda yang berilmu harusnya mau menerima, karena dia memperistrikan siakhwat adalah sepenuhnya, pribadinya sekarang dan juga keadaan masa lalunya. Kalau si pria setelah tau calon istrinya bertato kemudian menolak si akhwat, cari pria lain yang mau menikah dengannya. Karena yang mau menikah dengan si akhwat pasti orang yang berilmu. "
Dalam sebuah kajian Ustadz Syafiq Reza Basalamah pernah ditanya hal serupa, seorang akhwat yang berhijab syar'i dan bercadar berkisah akan menikah dengan seorang lelaki yang sholeh, namun si akhwat dahulu memiliki masa lalu yang suram, dia pernah melakukan zina, sehingga saat ini dia mengaku tidak perawan lagi.
Dia bertanya apakah hal ini perlu disampaikan, dan apakah si calon suami akan tidak menolaknya. Ustadz Syafiq Reza Basalamah menjawab, "siapa sih diantara kita tidak punya masa suram, masa gelap dimana kita pernah melakukan kemaksiatan?, hampir semua orang saya rasa pernah melakukannya, namun sikap menghadapi hal ini yang penting, karena kalau mencari orang yang bersih dari dosa dan kesalahan diatas muka bumi ini maka tidak akan kita temukan, karena yang bersih dari kesalahan dan dosa cuma Nabi dan Rasul.
Ketika hal ini terjadi pada diri seseorang melakukan kemaksiatan dan penyimpangan dimasa lalu maka kita harus memaklumi dan menerimanya saat ini, apalagi jika seseorang itu sudah bertaubat dan berjanji untuk tidak melakukan lagi, jangan lihat masa lalunya, lihat sekarang, karena si wanita mau menerima segala kelebihan dan kekurangan si lelaki, maka si lelaki harusnya juga mau menerima kelebihan dan kekurangan si wanita. Kalau si calon suami seorang yang berilmu harusnya mengetahui hal ini. Waallahua'lam. "
Allah ta’ala berfirman,
وَاللّهُ يُرِيدُ أَن يَتُوبَ عَلَيْكُمْ وَيُرِيدُ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الشَّهَوَاتِ أَن تَمِيلُواْ مَيْلاً عَظِيماً
“Allah menginginkan untuk menerima taubat kalian, sedangkan orang-orang yang memperturutkan hawa nafsunya ingin agar kalian menyimpang dengan sejauh-jauhnya.” (QS. An Nisaa’: 27)
Allah ta’ala juga berfirman,
وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ وَأَنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ حَكِيمٌ
“Dan seandainya bukan karena keutamaan dari Allah kepada kalian dan kasih sayang-Nya (niscaya kalian akan binasa). Dan sesungguhnya Allah Maha penerima taubat lagi Maha bijaksana.” (QS. An Nuur: 10)
Allah ta’ala berfirman:
إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ
“Sesungguhnya Tuhanmu sangat luas ampunannya.” (QS. An Najm: 32)
Allah ta’ala berfirman,
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ
“Rahmat-Ku amat luas meliputi segala sesuatu.” (QS. Al A’raaf: 156)
Referensi, "Keutamaan Taubat", karya Ari Wahyudi di muslim.or.id
Posting Komentar